Surabaya on 10 November 1945

Entah sengaja atau tidak, besok tanggal 10 November 2007 civil society di Malaysia akan melakukan "battle" terhadap penguasa yang dianggap lalai dan sengaja menutup saluran-saluran demokrasi dan pada tanggal yang sama rakyat Indonesia jika masih ingat akan mengenang pertempuran di Surabaya yang heroik pada tahun 1945. Laporan resmi menyatakan, 16.000 tentara Indonesia yang kebanyakan tentara rakyat dan 2000 tentara sekutu(Inggris dan Belanda) meninggal. Brigjen AWS Mallaby terbunuh dalam perang ini, yang merupakan bagian dari 'menganggap enteng' perlawanan rakyat~sekutu mengasumsikan surabaya dapat dikuasai dalam 2 sampai 3 hari, ternyata tidak. 10 November merupakan bagian sejarah penting, selain hari sumpah pemuda, kemerdekaan dll yang menunjukkan bersatunya rakyat untuk bebas dari penindasan-kolonialisme. Saat ini, dimana dunia dikuasi rezim kapitalisme global yang exploitatif dan Indonesia tidak luput dari rezim ini; akan tetapi sulit menemukan fakta negara dengan dukungan rakyat melakukan perang atau setidanya mengkritisi melalui kebijakan-kebijakan yang di ambil, justru policy melalui hukum, mengindikasikan dukungan yang kuat terhadap rezim yang menindas. Ditambah lagi, dalam proses politik rakyat bukan merupakan bagian yang penting untuk dipertimbangkan kepentingannya. Dengan kondisi ini, rakyat merupakan bagian yang terpisah dari negara, rakyat harus menemukan sendiri jalannya, sehingga akan sulit menemukan fenomena seperti tanggal 10 november 1945 dimana rakyat bersama pemerintah bersama-sama berjuang untuk tujuan yang sama. Pemahaman munculnya neo~kolonialisme yang menindas cukup difahami oleh rakyat miskin karena mereka yang langsung merasakannya, sementara elit dan menengah cukup nyaman dengan kondisi yang ada. Dikotomi rakyat miskin dengan elit dan menengah tak bisa terhindarkan, sehingga apapun keinginan pemerintah yang merupakan representatif elit dan menengah tidak akan tersambung dengan keinginan rakyat miskin. Ketika elit dan menengah mengeluhkan nasionalisme yang luntur, maka sebernanya mereka lah yang patut dipersalahkan yang tidak memegang amanah dan tidak bisa menjadi apa yang disebut oleh Soekarno sebagai penyambung lidah rakyat. Kemerdekaan ditebus dengan ratusan ribu nyawa~untuk kehidupan yang lebih manusiawi dan bermartabat, fakta menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia hidup dalam kesengsaraan, terkadang harus berkelahi sesamanya demi survive, menghadapi pihak keamanan untuk mempertahankan haknya, dan direndahkan kehidupannya melalui pernyataan-pernyataan resmi elit dan menengah; kumuh, tidak taat hukum, tertinggal, tidak beradat dan sebagainya. Semuanya menambah luka dihati rakyat miskin, dan rakyat miskin harus melakukan sesuatu untuk menyembuhkan luka ini, tidak ada pilihan, kelasnya memang berbeda.

Comments

Popular Posts