PUBLIC SPACE

Dikampung saya Palembang, salah satu hal yang belum bisa diatasi adalah ruang publik~hal ini juga dihadapi sebagian kota lain di Indonesia, terutama Jakarta. Sepulang saya dari Philippine tahun 2003 saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Walikota Palembang membicarakan perihal ini. Ngobrol seputar bagaimana pemerintah phillipine juga berusaha mengatasi perihal yang sama, meskipun mereka memiliki publik space yang cukup panjang dan luas. Tapi sayangnya beberapa tahun kemudian, pemerintah kota palembang kemudian mengembangkan publik space dipinggiran sungai musi dengan menggusur pedagang sayur, buah-buahan, dan bahan-bahan pokok yang sudah berdagang disana puluhan tahun. Penggusuran. Masalah muncul dalam dua aspek, pertama; pedagang dirugikan karena ditempatkan diarea yang tidak acceptable dan pemindahan dengan kekerasan, kedua; public space yang dibangun dengan anggaran yang tinggi tidak fungsional terkait pemeliharaan dan kualitas. Kebutuhan akan public space tidak bisa dibandingkan begitu saja antara satu negara dengan negara lain. Kebutuhan ini, tidak dapat dijalankan begitu saja dengan menggusur rakyat. Bahwa hal ini menjadi kebutuhan sudah pasti, ditempat ini~masyarakat multi kelas dapat memanfaatkannya. Masyarakat di Seoul misalnya dapat menggunakan public space yang disediakan oleh pemerintah dan swasta dihampir seluruh sudut dan tengah kota. Setidaknya ditempat ini, tidak terlihat sekat-sekat masyarakat yang sudah terbentuk dalam struktur sosial yang ada.