Stop!..send farmers to the jail


Desember 2006 kemaren saya sempat mampir kerumah kawan lama, salah seorang tokoh petani Sumatera Selatan, pak Bowok (Subowo) begitu biasa kami memanggilnya di kecamatan Kikim Lahat Sumsel. Sepulang dari Padang melalui darat, via jambi dan menginap di Lubuk Linggau. Di Lubuk Linggau saya membeli radio kecil~panasonic~ untuk oleh-oleh pak Bowok karena beberapa tahun yang lalu, radionya sudah sangat susah hidup, padahal pak bowok suka dengar wayang kalau malam hari. Sampai dirumahnya saya buka radio dan langsung ada siaran tembang jawa dari pemancar di Tanjung Enim, mata pak Bowok berkaca-kaca. Sampai dengan tiga tahun yang lalu pak Bowok adalah tokoh sentral petani di Sumsel, hal ini pula yang membuat dia sudah tiga kali masuk penjara, sejak pertama saya kenal tahun 1997 karena konflik tanah dengan perusahaan sawit, beruntung rasanya saya selalu menjadi pengacara pak Bowok,yang sederhana, teguh pendirian untuk terus berusaha mendistribusikan tanah untuk petani. Dan sampai hari inipun pak Bowok hanya memiliki tanah dipekarangan dan sedikit dibelakang rumah. Untuk menanam padi, bersama istrinya dia menumpang ditanah petani lainnya. Suguhan air putih,diruang depan, kami ngobrol harga beras, pupuk, benih karet, kemarau sampai kepada perkembangan politik terakhir yang tak memihak petani. Sejak perusahaan besar masuk ke Sumsel tahun 1990an, ribuan kasus tanah muncul dan lebih dari 500 petani dikirim ke penjara, diseluruh kabupaten yang ada di Sumatera Selatan.

Comments

Popular Posts