Minus Zero
Desember merupakan bulan yang susah bagi kami khususnya pelajar dari negara lain yang memiliki suhu rata-rata diatas 20 derajat celcius, sementara disini pada bulan ini suhu rata-rata 0 derajat celcius, dan lebih sering minus 5 derajat celcius. Salju turun biasanya sore sampai malam disambung hujan menjelang pagi, kebiasaan kami hanya melihat dari cendela apartement, karena kami juga sering mendapat masalah susah tidur, baru bisa tidur diatas jam tiga pagi, diskusi politik dan ekonomi kontemporer didunia terutama terkait perkembangan kapitalisme menjadi bahan yang tidak habisnya. Dan tidak jarang kami juga terlambat masuk kelas pagi yang dimulai pukul sembilan, banyak nilai kami dikurangi gara-gara terlambat lebih dari sepuluh menit!. but it is okey, we still can survive. Bagi masyarakat Korea sendiri , nampaknya tak ada masalah , mereka tetap beraktivitas seperti biasanya, hanya saja mereke harus berganti lagi pakaian yang lebih tebal, satu tahun mereka harus berganti pakaian dengan karakter yang berbeda minimal empat kali, menyesuaikan dengan suhu; bandingkan dengan beberapa komunitas yang saya tahu, terkadang setahun hanya sekali membeli baju. Pengaruh suhu terhadap peradaban menjadi bahan yang menarik untuk dikaji dari generasi ke generasi. Petani di Korea yang minoritas, sebulan yang lalu baru merampungkan panennya, mereka hanya bisa menanam padi satu kali satu tahun, sisanya mereka hanya menanam sayur, yang dapat tumbuh sesuai suhu tertentu. Saat ini semua pohon sudah tak lagi berdaun kecuali pohon pinus yang masih nampak hijau. Sebulan yang lalu, seluruh area masih nampak kuning atau merah yang sebelumnya hijau. Bunga baru akan muncul bulan maret nanti. Semua nya berjalan serba cepat.
Comments